MAJALENGKA – Di musim hujan ini tampaknya memang harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Termasuk para pelajar. Pasalnya, di waktu tengah mengikutu ujian nasiona, pelajar ini harus mengikuti UN di rumah sakit. Berdasarkan informasi yang didapatkan, pelajar ini terkena penyakit demam berdarah dangue (DBD). Ternyata setelah didatangi di rumah sakit ada dua orang siswa peserta ujian Nasional (UN) tingkat SLTA yang terpaksa menjalani ujian nasional (UN). Hal itupun mereka sudah lakukan sejak hari pertama dilangsungkanya UN pada Senin 13 April lalu.
Dua siswa tersebut bernama Ria Retino asal SMKN 1 Kadipaten dan Dina Ayu Fujilestari asal SMAN 1 Rajagaluh. Keduanya mengerjakan lembar jawaban soal-soal UN di ranjang perawatan RSUD Majalengka.
Meski tengah menderita penyakit DBD, kedua siswa yang dirawat di ruang perawatan Mawar nomor 2C dan 2D ini, bersikeras untuk ingin tetap melaksanakan UN, Pihaknya beralasan karena dirinya tidak ingin mengikuti UN susulan, dan ingin bareng-bareng lulus bersama kawan-kawan.
Proses pengerjaan soal UN oleh peserta yang sakit DBD ini, berlangsung dengan pendampingan dari pihak sekolah, serta disaksikan oleh orang tua kedua peserta tersebut dari kejauhan.
Mereka mengerjakan soal UN yang jenis dan bobotnya sama persis seperti soal UN yang dikerjakan peserta regular lainya di tingkat SMA/SMA/MA.
Meski demikian, secara materi soal, para peserta UN ini mengaku tidak menemukan kesulitan dalam menjawab soal-soalnya. Lantaran sebelumnya jauh-jauh hari telah mempelajari di sekolahnya lewat proses belajar maupun pengayaan yang dilaksanakan di sekolahnya masing-masing.
“Lumayan susah, tapi secara materi, garis besarnya sudah pernah dipelajari kisi-kisinya waktu di sekolah, waktu pengayaan, dan di bimbel dengan teman-teman lain. Mudah-mudahan hasilnya memuaskan dan bisa lulus, saya gak mau ikut ujian susulan, kesannya gimana gitu,” ujar Ria, Rabu (15/4).
Mereka pun mengakui bahwa memang kurang beruntung karena beberapa hari menjelang pelaksanaan UN, mereka justru menderita sakit yang diduga terkena penyakit DBD. Sehingga, mereka terpaksa masuk ruang perawatan, di waktu yang bersamaan dengan pelaksanaan UN serentak secara nasional.
Walaupun tidak mengalami kesulitan dalam hal materi soal, namun para peserta UN ini mengaku sesekali masih mengalami sedikit pusing dan mual, karena memang penyakit yang diderita mereka belum benar-benar pulih dan masih memerlukan masa penyembuhan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan mereka untuk tetap mengkuti UN, walaupun di rumah sakit.
Pengawas UN Saptari SPd mengatakan kedua peserta yang mengerjakan soal di rumah sakit menyebutkan, tidak ada fasilitas istimewa yang diberikan kepada para peserta UN yang mengerjakan soal-soalnya di rumah sakit, semua soal dan lembar jawaban, mesti dikerjakan dalam waktu yang durasinya sama dengan pengerjaan soal UN oleh peserta regular lainya.
“Sudah menjadi kewajiban penyelenggara maupun pengawas untuk melayani keinginan peserta UN yang berhalangan mengerjakan soal-soal UN di ruang kelas. Misalnya di rumah sakit, atau di tempat lainya jika siswa tersebut benar-benar berhalangan hadir di lokasi ujian dengan alasan yang bisa dibenarkan oleh aturan.” Jelasnya.
Selanjutnya, setiap harinya setelah para peserta UN yang mengerjakan soal-soal itu di rumah sakit, petugas pengawas langsung membawa lembar jawaban UN tersebut ke sekolah asalnya, untuk disatukan dengan peserta lainya, untuk disetorkan ke Dinas pendidikan dan dikirim ke Bandung guna proses pemindaian penilaian hasil lembar jawaban para peserta.
Sementara itu, pantauan wartawan dua orang peserta UN menderita penyakit DBD. Akibatnya, mereka mesti mengerjakan soal-soal UN di rumah sakit, di atas ranjang perawatan dengan kondisi yang masih lemah. Mereka pun terlihat serius namun karena sakit, aura wajah mereka yang seharusnya tanpa cela justru terlihat meringis. (erk)