CIREBON ternyata memiliki obyek wisata yang cukup banyak dan menarik. Ada Gua Sunyaragi, Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman, Makam Sunan Gunungjati, Plangon dan masih banyak lagi. Kali ini redaksi akan coba menelisik lebih dalam soalobjek wisata Plangon.
Obyek wisata Plangon merupakan perpaduan antara nilai-nilai sejarah, kesejukan alam dan adanya komunitas monyet (kera) dengan jumlah yang cukup banyak. Dengan potensi tersebut, tempat ini sangat layak untuk dijadikan salah satu tujuan wisata andalan. Plangon sendiri berasal dari kata tegal klangenan yang berarti sebuah tempat atau bukit untuk menenangkan diri. Menurut kisah yang dipercaya msyarakat sekitar 4 abad yang silam ada dua orang pangeran yang bernama Pangeran Panjunan dan Pangeran Kajaksan mencari tempat yang tenang untuk memecahkan permasalahan-permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi.
Akhirnya kedua orang tersebut menemukan sebuah bukit yang terletak di sebelah barat kota Cirebon yang dianggap sebagai tempat yang paling cocok untuk melaksanakan maksud tersebut. Kedua orang pangeran tersebut naik ke atas bukit. Dalam perjalanan ke atas bukit, keduanya dihadang oleh penjaga hutan Plangon yang bernama Pangeran Arya Jumeneng. Kedua pangeran dapat memenangkan pertarungan, dan akhirnya ketika sampai di atas bukit kedua Pangeran itu membuat tempat peristirahatan, yang akhirnya sampai sekarang menjadi tempat makam kedua Pangeran tersebut.
Bagi orang yang baru berkunjung ke sini, kesan seram memang terasa. Selain karena memang hutannya yang cukup lebat, juga setiap gerak kita akan diikuti oleh monyet-monyet yang terkadang sedikit jahil. Untuk itu, ketika naik bukit , pawang setempat setidaknya menyertai kita untuk membantu jikalau monyet-monyet tersebut menjadi nakal terhadap para pengunjung. Untuk sampai ke puncak bukit Plangon kita harus menaiki banyak tangga. Tidak ada yang tahu tentang jumlah tangga tersebut, bahkan pawangnya sendiri. Tapi dengan berjalan santai kita memerlukan waktu kira-kira setengah jam untuk sampai puncak Plangon.
Menurut cerita yang dipercayai masyarakat disekitar di hutan tersebut ada beberapa kerajaan monyet, dimana masing-masing wilayah dipimpin oleh satu jawara monyet. Dari mana asal monyet-monyet itu, tidak ada yang tahu pasti. Apakah memang sudah ada dari dulunya, atau hewan peliharaan Pangeran Panjunan dan Pangeran Kajaksan. Yang jelas, monyet-monyet tersebut telah berada di hutan Plangon dan berkembang biak dengan baik.
Mereka setiap saat menunggu kedatangan pengunjung yang membawa makanan, biasanya kacang-kacangan yang juga banyak dijual oleh penduduk setempat, monyet-monyet itu sering tidak sabar menunggu makanan diberikan, mereka tidak segan-segan menyerobot makanan yang dibawa pengunjung atau bahkan masuk mobil dan ngambil apa saja yang ada didalam mobil.
Kabar terbaru yang diterima redaksi Jabar Publisher saat mengunjungi Plangon yakni adanya salah satu jawara monyet yang barus aja mati. “Ketua/jawara kera yg diidamkan para pengunjung ini bernama Robert, dia mati pada usia 50 tahun. Uniknya, sebelum mati, Robert dalam keadaan sakit sempat turun ke warga dan memberi isyarat jika mati nanti ingin dikuburkan layaknya manusia. Tak lama berselang ajal pun menjemputnya,” kata salah seorang pengelola Plangon.