CIREBON – Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri melakukan pemeriksaan terkait kebakaran Pasar Desa Junjang, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon (13/10). Pemeriksaan dilakukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan melibatkan tiga orang dari Tim Puslabfor Mabes Polri selama hampir dua jam. Dalam pemeriksaan itu, sebanyak lima saksi dimintai keterangan, terkait peristiwa kebakaran di pasar tersebut, beberapa hari lalu.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Arjawinangun, Lestiawan, mengatakan, tim Puslabfor Polri yang sengaja diundang, adalah untuk menangani dan mencari tahu penyebab kebakaran yang telah melenyapkan ratusan kios di Pasar Desa Junjang tersebut.
“Untuk menangani kasus kebakaran Pasar Desa Jungjang, kami dari Polsek Ajawinangun sudah menerjunkan Tim Puslabfor dari Mabes Polri,” ujar Lestiawan, usai mendampingi pemeriksaan yang dilakukan Tim Puslabfor Mabes Polri.
Dari hasil pemeriksaan, lanjut Lestiawan, masih belum bisa diketahui apa yang menjadi penyebab pasar yang menjadi tumpuhan ratusan pedagang itu terbakar. Sebab membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama untuk bisa mengumumkan hasil pemeriksaannya.
“Tim masih bekerja dan kami sudah berkomunikasi dengan mereka. Ada beberapa sample yang dibawa, itu yang akan menjadi alat bukti untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjutnya di lab Puslabfor Mabes polri,” ungkap Lestiawan.
Jadi, lanjutnya, untuk sementara belum bisa dinyatakaan dugaan Pasar Desa Junjang terbakar diakibatkan oleh apa. Sebab, harus menunggu hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan Tim Puslabfor Polri yang prediksi pengumuman hasilnya masih belum bisa ditentukan kapan.
“Ya mudah-mudahan hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan tim tadi bisa cepat, supaya kami segera umumkan hasilnya kepada masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, Pasar Desa Junjang yang menjadi andalan bagi warga Kecamatan Arjawinangun untuk mengais rezeki atau memenuhi kebutuhan bahan pokok telah terbakar pada Minggu (11/10) dini hari. Akibat dari tragedi tersebut sedikitnya 473 kios ludes termakan api, padahal perputaran uang di pasar tersebut bisa mencapai miliaran rupiah per harinya.
Seperti yang disampaikan Kuwu Desa Junjang, Agustiana, pemasukan untuk desa dari pasar yang berdirinya sejak zaman penjajahan Belanda dan kemudian dikelola oleh desa tersebut setiap bulannya mencapai 10 juta rupiah. Sedangkan untuk kerugian dari musibah tersebut ditaksir lima miliar lebih. (gfr)