TASIKMALAYA- Sudah dua hari ini, aliran listrik di Kampung Leuwisari, RT 01, 02, 03 RW 01 dan di Kampung Tamansari, RT 01, 02, 03, RW 02, Kelurahan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya mati. Tak hanya kerugian karena tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari, sejumlah pengusaha bordir di sana pun merugi besar.
“Sudah dua hari pak, tidak ada lampu dan kondisinya gelap gulita. Apalagi banyak anak-anak sekolah tidak bisa mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dan juga puluhan pengusaha bordir mengalami kerugian atas kejadian itu,” ujar Ketua RW 02, Aep (55 tahun) warga setempat, Jumat (15/1/2016).
Suasana di dua kampung yang mencapai 300 kepala keluarga itu tidak lagi menikmati saluran televisi. Bahkan saat kejadian bom meledak di Sarinah, Jakarta kemaren, mereka tidak tahu. Karena selama itu, mereka hanya menikmati cahaya dari lilin, patromak dan cempor yang dilakukan pada malam hari. Namun menjelang malam banyak masyarakat memborong lilin dan ada juga warga tidak menggunakan apa-apa, akan tetapi setelah sholat Isya banyak warga langsung tidur hingga sebagian mengalami kesiangan.
Aep mengatakan, kampung halamannya mati listrik selama dua hari setelah adanya ledakan travo. Hingga kini, tidak ada satu pun petugas melakukan upaya perbaikan. “Kami sudah melaporkan kepada pihak PLN Tasikmalaya dan mereka hanya mengatakan akan diperbaiki dan sampai sekarang nyatanya tidak ada satu pun petugas memperbaiki jaringan listrik,” sesalnya.
Sementara menurut Warga lainnya, yaitu Jajang Heryadi (34), dia menerima pemadaman aliran listrik sejak hari Rabu (13/1/2016) sekitar pukul 16.00 WIB. Jaringan listrik yang digunakannya tidak menyala hingga menjelang malam haripin tetap padam. Pemadaman itu tidak hanya terjadi di rumahnya, tetapi tersebar di 300 kepala keluarga, bahkan para pemilik mesin bordir pun mengalami dampaknya.
“Untuk kerugian sekarang ini sudah mencapai ratusan juta karena tidak beroperasi mesin bordir yang berada di dua kampung dan banyak pengusaha menggeluh. kenapa tidak secepatnya ditanggulangi oleh PLN secara langsung dan jelas kami mengalami kerugian sangat besar. Apalagi proses pembuatan mukena, pakaian koko dan lainnya terkenti dan pengiriman pun tidak ada selama dua hari hingga sekarang ini,” paparnya.
Sementara itu, Sulyana, (50), warga setempat mengatakan, selama dua hari dua malam dirinya selalu menyiapkan lilin terutama untuk anak-anak yang belajar mengerjakan tugas kegiatan sekolah, begitu juga anak-anak yang masih kecil harus menggunakan lilin untuk belajar mengaji di dalam mesjid dan mushola.
“Kami meminta PLN dan pemerintah agar secepatnya turun tangan dengan adanya kejadian seperti ini, karena disini.semua warga banyak mata pencariannya sebagai pembordir, ya jelas lah selama ini banyak pengusaha mengalami kerugian sangat besar akibat padamnya listrik,” ungkapnya. (dsk)