CIREBON – Sampai saat ini, kepergian Junaedi, warga Blok dua Desa Jamaras Kidul Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon bersama beberapa orang tak dikenal, masih misterius. Pihak keluarga masih mencari keberadaannya, apakah Junaedi sejumlah pria yang menculiknya itu anggota Densus 88 atau bukan.
Jika yang “menjemput” Junaedi adalah Densus 88, maka di hari Jumat (15/1/2016), tiga orang terduga teroris diciduk di Cirebon. Yakni Junaedi, dan dua warga Orimalang, Jamblang.
“Kami tidak tahu dan masih mencari kebenarannya. Soalnya saat dia dijemput paksa itu, orang-orang yang menjemput paksanya tidak memperlihatkan identitas. Bahkan tidak ada juga surat penangkapan. Mereka memakai pakaian preman,” ujar sepupu Junaedi, Ma’mun G Siddik, kepada Jabar Publisher, di kediaman Junaedi, RT02 RW 02 Desa Jemaras Kidul, Jumat (15/1/2016).
BACA: Dituduh Terlibat Bom Sarinah, Warga Jemaras Cirebon Diculik dan Dipukuli
Diceritakan dia, Junaedi pernah mendaklarasikan diri kepada masyarakat sekitar bahwasanya dia adalah bagian dari ISIS. “Disini itu dulunya sempat menjadi basis AlManar, terus AlManar pecah dan kini basisnya di Desa Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon,” tambah Ma’mun.
Masih dikatakan Ma’mun, 2 sampai 3 tahun lalu Junaedi terlibat dalam organisasi islam dari mulai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) lalu tidak lama Junaedi pindah ke Al Manar. ,”Selang 4 bulan kesini, Junaedi tidak lagi ikut Al Manar. Sifatnya yang dulu keras sekarang sudah tidak lagi keras seperti dulu. Tapi sempat juga pengen ke Suriah tapi dilarang sama keluarga,” katanya.
Pihak keluarga lainnya, seperti Ibunya Junaedi, Saimah (53), kata Ma’mun, juga tidak diberi tahu, tiba-tiba anak pertamanya ini dibawa oleh sekelompok orang itu.
“Gak tahu mas tiba-tiba dibawa aja. Salah anak saya apa? Sehari-hari anak saya ini selain jaga konter juga kerja bangunan. Berharap sih pengen dibebaskan karena anak saya kan tidak salah apa-apa,” harapnya.
Pantauan di lokasi, hingga sore tadi Istri Junaedi Yunita masih belum bisa dimintai keterangan, kondisinya syok. Diceritakan, sekitar pukul 10.30 Wib ada 3 motor dan 2 mobil Avanza warna silver dan hitam berplat nomor D dan B datang menjemput Junaedi. Pihak keluarga tidak menaruh curiga apa-apa, orang seperti biasa Junaedi membuka counter HP sebagai mata pencaharian sehari-hari.
“Yang membawa Junaedi itu pakaian preman ya ada sekitar 8 orang yang keluar dari mobil dan pengendara motor,” jelas ibu Junaedi, Saimah. (gfr)