Home » Bandung » Indahnya Galaksi Bima Sakti di “Malam Langit Gelap”

Indahnya Galaksi Bima Sakti di “Malam Langit Gelap”

BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung menggelar acara “Malam Langit Gelap” atau Dark Sky Night dengan mematikan lampu selama satu jam mulai pukul 20.00 – 21.00 di halaman depan Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung pada Sabtu malam (6/8/16).

????????????????????????????????????

Selain sebagai bentuk pelestarian alam dan penghematan energi, acara ini juga untuk mengajak masyarakat menikmati keindahan salah satu galaksi terbesar, Galaksi Bima Sakti atau Milky Way pada malam hari.

Salah satu peneliti matahari dan antariksa Lapan Bandung yang hadir, Tiar Dani mengatakan bahwa tujuan digelarnya acara tersebut juga sebagai hari memperingati Antariksa Nasional yang bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Antariksa pada 6 Agustus 2013 lalu.

“Kita ingin mengajak masyarakat untuk menikmati keindahan langit malam. Kalau Hari Bumi kan Earth Our kita mematikan lampu tapi kalau sekarang kita dituntut juga untuk melihat ke atas bahwa ternyata alam itu indah, kita bisa menikmati bintang-bintang yang ada di langit,” ungkap Tiar.

Tadi malam, Galaksi Bima Saksi akan terlihat bergerak dari utara ke selatan. Selain bisa melihat rasi Kalajengking (Scorpio), planet Mars dan Saturnus, akan terlihat juga rasi Angsa (Cygnus) di langit utara. Di langit selatan ada Rasi Layang-layang sebagai penunjuk arah selatan juga bisa terlihat bintang raksasa Antares dan Vega juga beberapa bintang lainnya.

Turut hadir dalam acara ini Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) dan Netty Heryawan, yang meneropong langsung dengan menggunakan teleskop keindahan planet Mars, Saturnus, dan bintang Scorpio yang merupakan bagian dari galaksi Milky Way (Bima Sakti). Mereka pun sangat mengagumi keindahan warna dan cahaya yang dipancarkan bintang dan planet tersebut.

“Uniknya adalah ini yang saya temukan pertama kali ya. Jadi apa yang ditemukan di buku dipraktekkan di lapangan. Ternyata bisa dilihat secara kasat mata, bumi ini bagian dari Bima Sakti dan di Bima Sakti ada sejumlah planet, seperti planet Saturnus, Mars dan bintang-bintang banyak tentu,” ujar Aher.

“Tadi kelihatan Saturnus dan Mars itu bercahaya, lebih terang cahayanya. Bukan berarti bahwa dia lebih kuat cahayanya tapi lebih dekat (dengan bumi). Karena cahaya yang ada di Mars itu cahaya matahari yang mantul ke bumi. Tapi disampingnya ada bintang, kecil tapi sebetulnya dia lebih terang bahkan mungkin lebih besar dari matahari tapi karena saking jauhnya – satu tahun cahaya – dia kurang terang dari Mars yang tidak punya cahaya,” kata Aher.

Aher pun mengaku usai dirinya melihat keindahan ciptaan sang Maha Kuasa ini, bisa menambah tauhid dan keimanan kita. Menurutnya alam semesta ini luar biasa indah dan bisa meningkatkan ketaatan kita kepada Tuhan.

“Kesimpulan kekaguman pada alam semesta yang sangat besar ini pasti penciptanya lebih besar lagi, lebih Maha Besar lagi. Kesimpulannya kita tunduk patuh kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta yang besar dan Tuhan yang menciptakannya pasti maha besar lagi,” ungkap Aher.

Aher pun ingin kegiatan ini bisa dilaksanakan secara rutin oleh Lapan. Karena hal ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang keantariksaan dan alam semesta yang begitu besarnya.

Lampu, Polusi Cahaya Untuk Langit

Peneliti Matahari dan Antariksa Lapan Bandung Tiar Dani mengatakan, cahaya lampu – khususnya yang ada di daerah perkotaan bisa berdampak buruk untuk alam semesta termasuk keindahan tata surya, galaksi-galaksinya yang ada di dalamnya, bahkan makhluk hidup.

“Polusi cahaya (yang ada di bumi) itu lebih terang daripada bintang. Bintang-bintang yang redup atau seperti planet Mars itu paling ga sampe berapa watt lampu. Jadi, kalau lampunya lebih terang Marsnya ga akan kelihatan,” terang Tiar.

Untuk itu, dampak yang timbul dari kondisi gelap atau matinya lampu akan berdampak signifikan terhadap penglihatan kita kepada bintang-bintang dan planet yang ada di Tata Surya.

“Tadi saya sangsi lihat tiga (Mars, Saturnus, dan Scorpio), ternyata begitu dimatikan (lampu) untungnya kelihatan. Kalau lebih gelap lagi kita bisa melihat lengan galaksi tadi,” lanjut Tiar.

Tiar pun mengatakan pihaknya tidak bisa menampik perkembangan daerah perkotaan dimana dibutuhkan kondisi terang dari cahaya lampu ketika malam hari. Namun, dia juga berharap dengan acara yang digelar setiap 6 Agustus ini masyarakat bisa menikmati keindahan langit di malam hari secara maksimal.

“Mudah-mudahan dengan acara setiap 6 Agustus ini, mematikan lampu selama satu jam masyarakat bisa menikmati bintang dan planet. Saya juga sempat baca itu (cahaya lampu) bisa berpengaruh juga secara biologis kepada manusia dan hewan. Contohnya kita sekarang jarang mendengar Jangkrik, karena raut cahaya itu dianggapnya siang terus,” pungkasnya. (jp)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*