Home » Cirebon » Kenapa Penyakit Mata Naik Selama Pandemi? Begini Penjelasan Dokter Ganteng

Kenapa Penyakit Mata Naik Selama Pandemi? Begini Penjelasan Dokter Ganteng

KUNINGAN – Sebelumnya Tim JP telah membedah masalah tingginya angka kebutaan di Indonesia umumnya dan khususnya di Kabupaten Kuningan. Baca berita terkait, klik tautan di bawah ini:

Angka Kebutaan dan Katarak Tinggi, Ini yang Dilakukan Kuningan Eye Center

JELASKAN – Dokter Revanggi SpM sedang memberikan penjelasan kepada pasien katarak dan kemudian memberikan edukasi.

Usai membahas tema di atas, redaksi kembali berdiskusi tentang isu yang tengah menjadi perbincangan hangat yakni penyakit mata di era pandemi covid 19. Dan faktanya tak kalah mencengangkan, dimana penyakit mata ini terjadi penìngkatan yang signifikan. Demikian disampaikan Dokter Revanggi SpM yang menurut sejumlah orang atau pasien memiliki paras yang ganteng abis.

“Penyakit mata di era pandemi ini sangat banyak, khususnya yang diderita oleh para remaja atau usia produktif. Di mana frekuensi menggunakan gadget seperti handphone, komputer, laptop, dan yang lainnya mengalami peningkatan karena memang hampir semuanya berbasis online. Itulah yang mengakibatkan terjadinya kelelahan pada mata dari para penggunanya,” ungkapnya saat redaksi JP berkunjung ke Kuningan Eye Center di Jalan Jenderal Sudirman no 150, Kab Kuningan.

Dokter Anggi begitu Ia akrab disapa menjelaskan, pasien usia produktif yang datang ke KEC rata-rata mengeluhkan kelelahan mata. Jelas hal ini terjadi karena mata bekerja lebih keras dari biasanya. “Orang semakin sering mengalami kelelahan mata karena otot-otot mengalami kelelahan, capek, karena terus berkontraksi, lama-lama mengalami kelelahan, buram, pegal dan berair, sering sekali terjadi selama pendemi ini,” terang dokter lulusan RS Mata Cicendo ini.

Sementara itu menyikapi pertanyaan redaksi soal mata minus atau silindris apakah bisa disembuhkan, dokter ganteng Ini menjawab bahwa pembaca perlu memahami dulu konsepnya. Dimana hal itu terkait terkait dengan anatomis bentuk bola mata seseorang. “Anatomis bola mata dari depan ke belakang mata seseorang tidaklah sama. Ada yang lebih panjang atau lebih pendek sehingga tidak tepat memfokuskan cahaya ke retina. Makanya perlu alat bantu agar fokusnya jatuh tepat di retina, misalnya dengan kacamata kontak lens, dan lain-lain. Bahkan sekarang ada teknologi yang lebih canggih yakni bedah lasik. Teknis kerjanya yakni dengan memodifikasi bagian kontur permukaan kornea mata, sehingga cahaya bisa kembali pas jatuhnya di retina. Ke depan teknologi seperti ini juga akan dikembangkan di KEC. Jadi sebutannya bukan disembuhkan ya, tapi kita bantu koreksi mata pasien tersebut,” tandas pria penyuka motor trail ini.

Sementara itu, ditanya apakah Covid-19 bisa menular lewat virus yang masuk ke dalam mata, ia menjelaskan bahwa mata itu terdiri dari mukosa atau selaput tipis. “Nah ketika terjadi eksposur atau paparan dari luar bisa masuk ke situ. Itulah mengapa kita perlu memakai masker, face shield, dan berbagai macam pelindung lainnya agar paparan dari luar tidak masuk ke mata,” ucapnya diplomatis. (jay)

OPERASI – Dr Revanggi SpM bersama sejumlah rekannya saat melakukan operasi mata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*