CIREBON – Warga di dua desa yakni Desa Astanamukti dan Pengarengan, Kecamatan Pangenan, Kab Cirebon, mengeluhkan lokasi pembangunan pabrik Cat Avian yang dekat dengan pemukiman. Jarak yang terlalu dekat ini dianggap memiliki dampak serius bagi masyarakat. Proses kegiatan pembangunan pabrik ini pun sudah berkali-kali diprotes warga dari dua Desa tersebut. Bahkan terakhir pada (2/3/2023) lalu, warga secara spontan mendatangi pabrik tersebut untuk menyampaikan protes.
Terkait hal ini, Moh Aan Anwarudin selaku Ketua DPD KNPI Kab Cirebon menyampaikan tanggapannya. “Wajar saja kegiatan pembangunan tersebut diprotes warga, pasalnya antara lokasi proyek dengan rumah warga hanya sekitar 3 meteran. Apalagi pabrik Cat Avian tersebut akan menggunakan bahan kimia yang berbahaya, berpotensi besar mengganggu kehidupan masyarakat sekitar jika kajian dan kontrolnya asal-asalan. Bahkan banyak masyarakat juga mempertanyakan izin pabrik tersebut, karena selama ini sosialisasi terkait dampak tidak pernah ada, wajar jika masyarakat merasa khawatir. Belum lagi kurang peka-nya pihak pabrik dalam memberdayakan masyarakat lokal,” ungkapnya.
Disampaikannya, dari proses komunikasi antara warga dengan pihak kontraktor pembangunan pabrik yakni PT. SUMBER NUSANTARA (SN), perwakilan dari kontraktor mengaku walau kegiatan tersebut sudah dimulai, namun perwakilan dari SN tersebut mengaku tidak tahu terkait luas lahan yang akan dipakai, bahkan dari PT. SN mengaku tidak tahu jarak proyek dengan perumahan warga.
“Jadi akhirnya banyak masyarakat yang mempertanyakan izin pembangunan pabrik Cat Avian tersebut terkesan asal asalan, karena dari pihak yang akan membangun pun tidak tahu secara detail informasi terkait dengan pabrik yang akan dibangun tersebut. Pemkab Cirebon dan pihak pihak terkait harus bergerak secara cepat dan mulai mengkaji kembali izin pembangunan pabrik cat tersebut. Jika tidak segera maka potensi konflik di wilayah tersebut berpotensi akan merembet ke skala yang lebih luas,” terangnya didampingi Ketua DPP LSM Kompak, Sudarto.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kuwu Desa Pengarengan, Carsadi menjelaskan, secara spontan warga yang melakukan aksi di lokasi pembangunan pabrik karena selama ini pihak perusahaan minim mempekerjakan warga. “Untuk pekerja kasar, seperti kuli bangunan, banyak warga yang bisa melakukan. Maka, perlu adanya perhatian serius,” jelasnya.
Carsadi menceritakan, saat alat berat masuk ke lokasi pembangunan, belum melibatkan warga setempat secara maksimal dan puncaknya hari ini warga mendatangi lokasi. “Saat pembebasan lahan untuk pembangunan pabrik, belum ada kompensasi. Padahal perusahaan lain, seperti PT Tanjung Jati, memberikan bantuan ambulans dan uang pembangunan masjid,” ceritanya. Dirinya mengharapkan, pihak perusahaan memberdayakan secara maksimal warga setempat, guna tercipta suasana yang kondusif. (crd)