MAJALENGKA – Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang kini tengah dibangun di wilayah Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka direncanakan beroperasi tahun 2017 mendatang.
Kepastian itu diungkapkan langsung oleh Bupati Majalengka H Sutrisno SE Msi, kepada wartawan, Minggu (7/6) seusai sidang paripurna istimewa hari jadi Majalengka yang ke 525 tahun di pendopo Majalengka.
“Jika tak ada halangan, tahun 2017 Bandara Internasional itu akan beroperasi tahun 2017. Masyarakat Majalengka harus siap menyambut, tentunya dengan kreatifitas dan bisnis supaya tidak jadi penonton,” ujarnya.
Dikatakan Sutrisno, Saat ini pembangunan Runway sudah selesai dibangun. Meskipun begitu, bupati mengakui, masih ada beberapa lahan yang belum tuntas dibebaskan.
Hasil pembicaraan dengan Pemprov Jawa Barat, kata Sutrisno, BIJB sudah harus dioperasikan. “Memang ada sebagian kecil tanah warga yang masih belum dibebaskan, tapi jika tidak ada alternatief lain, dimungkinkan akan mundur ke dekat Situ Jawura. Tapi saya berharap, warga Sukamulya untuk memberikan agar melepaskan tanahnya. Alasannya, lahan tersebut nantinya sulit untuk bisa dimanfaatkan. Karena akan banyak kapal terbang, itu kalau warga tetap bertahan,” ucap Sutrisno.
Selain bandara internasional, orang nomor satu di Pemkab Majalengka ini juga mengungkapkan soal akan dibukanya akses Tol Cikampek-Palimanan (Cikapali) yang melintas di kawasan Majalengka. “Bulan ini juga kita akan menghadapi pengoperasian Jalan Tol Cikapali. “Dengan adanya jalan tol tersebut, harapan saya itu bisa bermanfaat bagi warga Majalengka. Saya pernah mencoba menggunakan jalur tol tersebut. Dari Majalengka ke Cikampek hanya satu jam,” katanya.
Pembangunan Jawa Barat, kata Sutrisno, akan bergerak ke timur dan itu adanya di Majalengka. Oleh karenanya sebagai Bupati Majalengka ia yakin kota angin ini akan lebih maju dan pesat di masa yang akan datang. “Kami merancang konsep pengembangan pariwisata, bisnis dan perdagangan.
“Sebagai contoh, Kabupaten Badung (Bali) mampu menyeimbangkan memilih pengembangannya di sektor pariwisata. Pariwisata inilah yang memberikan PAD berkesinambungan,” ujar Sutrisno.
Pilihan kedua, tambah Sutrisno, untuk memperkuat daerah bisnis dan perdagangan. “Contoh, begitu pesatnya kota Jeddah, saya lihat area padang pasir dijadikan transportasi dan dari sana tumbuh ekonomi. Lain lagi dengan Singapura kondisinya dibawah Indonesia. Namun Singapura berhasil mengubahnya menjadi pusat bisnis dan perdagangan. Saya ingin Majalengka, punya konsep bisnis dan perdagangan serta memajukan pariwisata,” tutupnya. (nay)