Home » Artikel » Ternyata, Kelahiran Sukarno Tersirat dalam Wangsit Siliwangi

Ternyata, Kelahiran Sukarno Tersirat dalam Wangsit Siliwangi

PRABU Siliwangi memang sakti, Percaya atau tidak, Wangsitnya, yang tetrkenal dengan nama “Wangsit Siliwangi” benar-benar terjadi. Salah satunya, kelahiran Sukarno.

Jauh sebelum negeri ini merdeka, bahkan sebelum penjajahan terjadi secara merata di Indonesia. Ketika negeri ini masih dikuasai para raja yang menurut para pedagang Arab saat itu sebagai jaziratul muluk, ‘tanah yang banyak rajanya’, Prabu Siliwangi telah mengisyaratkan bahwa negeri ini akan dipimpin oleh Soekarno.

Sang Prabu memang tidak pernah menyebutkan namanya secara persis. Ia hanya menggambarkan ciri-cirinya. Bahkan, ciri-cirinya pun tidak tersurat secara jelas, tetapi memberikan ruang untuk ditelusuri rahasia yang tersirat dari uganya. Berikut petikan Wangsit Siliwangi:

1“Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala! Ti harita, ganti deui jaman. Ganti jaman ganti lakon! Iraha? Hanteu lila, anggeus témbong bulan ti beurang, disusul kaliwatan ku béntang caang ngagenclang. Diurut nagara urang, ngadeg deui karajaan. Karajaan di jeroeun karajaan jeung rajana lain teureuh Pajajaran”.

Dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan: “Lalu, berdirilah seorang raja, asalnya orang biasa. Akan tetapi, memang titisan raja zaman dulu dan ibunya seorang puteri Pulau Dewata. Karena jelas titisan raja, raja baru itu susah untuk dianiaya! Selepas itu, ganti lagi zaman. Ganti zaman, ganti kisah! Kapan? Tidak lama setelah tampak bulan di siang hari yang disusul melintasnya bintang terang bercahaya. Di bekas negara kita, berdiri lagi kerajaan. Kerajaan di dalam kerajaan dan rajanya bukan trah Pajajaran.”

Jika ditelaah dan ditarik benang lurusnya, Sukarno lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, 6 Juni 1901.”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata (Lalu, berdirilah seorang raja, asalnya orang biasa. Akan tetapi, memang titisan raja zaman dulu dan ibunya seorang puteri Pulau Dewata)”.

Ayah Sukarno, Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru dengan gaji 27,5 gulden per bulan. Dia berasal dari Blitar. Selaku pegawai gubernemen, Soekemi pernah dimutasikan ke Bali. Di Bali Soekemi bertemu dengan seorang dara manis berdarah ningrat kasta Brahmana yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Dua insan berbeda agama ini terkait jalinan asmara. Tak lama kemudian, mereka menikah. Soekemi adalah Islam Abangan, sedangkan Ida Ayu Hindu Dharma. Hasil pernikahan mereka melahirkan Soekarmini dan Koesno Sosro Karno (nama kecil Bung Karno).

Sukarno

Sukarno

Sebenarnya, pernikahan mereka termasuk kontroversial. Artinya, Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai telah merobek adat yang berlaku. Pasalnya, Sang Laki-laki hanyalah seorang guru biasa, sedangkan Ida Ayu adalah ningrat yang sangat kuat terkungkung adat. Tampaknya, Allah swt menurunkan takdir yang sangat kuat untuk mempersatukan mereka. Soekarno adalah keturunan puteri dari Pulau Dewata, Pulau Bali, sebagaimana yang disebutkan Prabu Siliwangi ratusan tahun silam.

Soal “raja anyar hese apes ku rogahala (raja baru itu susah dianiaya)”, itu bisa dilihat, Soekarno sejak muda kerap mendapatkan banyak tantangan dan perlakuan buruk. Apalagi setelah mulai manggung di pentas perpolitikan nasional, ia sempat dilempari granat yang terkenal dengan nama peristiwa Cikini, pernah pula ditembaki dari pesawat tempur, belum lagi berulang kali masuk penjara dan pembuangan ke Ende, Flores.

Semuanya itu dialaminya, tetapi semangat perjuangan dan kegigihan kemerdekaan membuatnya dapat melewati semuanya dengan selamat dan muncul sebagai pemenang. Itulah yang telah digambarkan Prabu Siliwangi tentang raja yang susah jatuh oleh penganiayaan. (bayu, dari berbagai sumber)

One comment

  1. Terserah lo aja deh, mo diartiin apa…….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*