BANDUNG – Vakum kompetisi di tingkat nasional, sejumlah pemain Persib memilih berdagang untuk mengisi waktu sekaligus mempertahankan hidupnya.
Tony Sucipto, punggawa Persib asal Surabaya ini memilih bidang kuliner, sebagai usahanya untuk mendapatkan penghasilan. Pria kelahiran 12 Februari 1986 ini membuka bisnis kuliner di Jalan Otten, Kota Bandung. “Istri awalnya emang suka kepikiran, gimana ya kalau berhentinya lama, tapi saya bilang sama dia jangan dipikirin kalau rejeki itu nggak akan kemana,” ujar Tony.
Diakui Tony, penghasilannya sebagai penggawa tim berujuluk Maung Bandung tak lagi bisa jadi harapan, sejak sponsor yang menyangga keuangan klub angkat kaki karena tak ada kontribusi dari tim karena absennya laga.
“Walaupun enggak di sepak bola masih banyak dari hal lainnya, saya tegaskan kalau tentang rejeki biar suami saja yang mikir ” katanya.
Usaha dagang juga dilakoni punggawa Persib yang lainnya. Seperti, striker muda Persib Bandung, Rudiyana.
Agar bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhannnya, pasca vacum kompetisi, Rudiyana untuk menginvestasikan uang yang dimilikinya saat ini dengan membuka toko alat pancing.
Menempati kios berukuran 3X1,5 meter, di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, Rudiyana bersama kakaknya berjualan berbagai kebutuhan untuk memancing, mulai dari alat pancing, umpan hingga pakan burung.
“Saya belum lama buka toko ini, sekitar awal Juni ini. Niat awalnya sih buat ngebantu orang tua. Tapi karena kondisi sepak bola saat ini, jadi ya buat bantu sendiri aja,” ucap Rudiyana.
Sementara Kapten Persib, Atep, memilih fokus melatih di SSB yang dimilikinya. Dalam hal ini, Atep mengaku melepaskan ego pribadinya di balik kisruh sepak bola nasional. Menurut dia, terhentinya kompetisi dan sanksi FIFA tidak harus membunuh geliat pembinaan sepak bola nasional.
Salah satu langkah nyata yang diambil sang kapten itu adalah mengalihkan perhatian untuk mengurusi SSB yang dimiliknya, Atep7 di Cianjur.
Atep mengatakan, SSB yang berada di tanah kelahirnnya ini menjadi salah satu upayanya untuk tidak membunuh sepakbola di Indonesia.
“Perlu ada target pembinaan dan arah pembinaan sepakbola harus jelas. Minimal kita berbagi dengan pemain muda atau anak-anak kecil di lingkungan kita, saya kira itu pun cukup. Apalagi pemerintah atau siapapun bisa menggelar turnamen kelompok usia dini,” katanya.
Lain dengan Atep, Bek Persib, Abdul Rahman mengambil hikmah dari mandegnya sepakbola Indonesia. Waktu luang yang dimilikinya saat ini makin banyak diberikan kepada keluarga, khususnya sang istri, Fira yang sedang mengandung anak kedua.
Menurut Rahman, saat ini sang istri tengah mengandung dua bulan. Kondisi tersebut pun membuatnya harus mengurungkan niat untuk pulang ke kampung halaman. Hingga saat ini pun ia memilih menetap dulu di Bandung hingga beberapa bulan kedepan.
“Sampai saat ini liburan di Bandung. Kegiatan paling sama keluarga saja, tidak ke mana-mana karena istri lagi hamil dua bulan. Mungkin saya lebaran di Bandung juga, karena istri tidak boleh naik pesawat dalam keadaan hamil seperti saat ini,” ujarnya. (red)