KARAWANG – Bulan-bulan terakhir jelang Pilkada Karawang, suhu politik di kabupaten lumbung padi itu kian panas. Para kandidat mulai menampakan genderang perangnya. Ada yang secara frontal, ada juga yang hanya menyindir. Seperti yang dilakukan salah satu kandidat calon Wakil Bupati, Asep Agustian. Entah siapa yang dia sindir, yang jelas, lewat timnya menyebar press rilis terkait praktek politik uang (money politic).
Dalam rilisnya, dia menyebut politik uang tidak akan pernah mengajarkan kedewasaan berpolitik masyarakat. Dalam bahasa lain, sambung Asep, politik uang bisa juga dianekdotkan sebagai bahasa “cilok dikecapan”. Artinya, masyarakat tidak akan memilih paslon yang tidak memberikan “uang cendol” pada saat masa pencoblosan pilkada 9 Desember nanti.
“Jangan sekali-kali mengajarkan ‘politik cilok dikecapan’ kepada masyarakat. Artinya masyarakat akan nyolok kalau ada duit gocapan. Ingat, praktek politik uang seperti ini tidak akan pernah mengajarkan kedewasaan berpolitik ataupun berdemokrasi,” tutur Cawabup yang lebih akrab disapa Askun ini, dalam rilisnya.
Askun berharap, masyarakat harus mulai berpikir idealis akan pilihan politiknya. Artinya, sikap atau pilihan politik itu harus berdasarkan penilaian terhadap kualitas paslon. Bukan atas dasar money politic ataupun “cilok dikecapan”.
“Bohong besar kalau ada paslon terpilih tetapi kemenangannya hanya mengandalkan praktek money politic, lantas dia berjanji tidak akan korupsi. Karena saya yakin paslon seperti itu pasti akan berpikir balik modal uang yang dikeluarkan saat pencalonan. Makanya hati-hati dengan praktek cilok dikecapan,” kata Askun.
Ditambahkan Asep, bahayanya praktek money politic juga tidak hanya akan merusak tatanan demokrasi dalam berpolitik. Melainkan juga hanya akan menciptakan calon-calon pemimpin yang bermentap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Menurut Askun, sebenarnya bukan merupakan hal yang sulit untuk menciptakan demokrasi politik yang bersih, jujur dan adil. Jika saja masyarakat lebih idealis dalam menentukan sikap politiknya. Namun persoalannya, terkadang para politisi atau calon pemimpin itu sendiri yang terkesan secara sengaja mengajarkan money politic.
Ini memang penyakit demokrasi politik di negara kita. Karena terkadang masyarakatnya idealis, eh malah politisi atau calon pemimpinnya yang sengaja melakukan praktek politik uang,” pungkas Cawabup yang berpasangan dengan Cabup Nanan Taryana tersebut. (zens/bay)