Home » Headline » Solusi Pengangguran Tinggi, Jabar Akan Bikin 20 SMK Pesantren Wirausaha

Solusi Pengangguran Tinggi, Jabar Akan Bikin 20 SMK Pesantren Wirausaha

PEMPROV Jawa Barat akan mendirikan sekitar 20 pesantren wirausaha di sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada periode 2016-2018. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan pesantren tersebut akan berdiri di lahan sekira lima hektar, yang lokasinya berdekatan dengan SMK eksisting di bidang terkait.

“Untuk tahap awal, SMK agraris di Lembang dan Bandung Barat yang akan dijadikan pilot project karena itu milik Pemprov. Jadi, siswa bukan hanya sekolah formal, tapi juga mereka belajar softskill dan pendidikan agama,” katanya dalam Silaturahmi dengan tokoh ulama Jatih, KH. Soleh Bahruddin, yang juga pimpinan Pondok Pesantren Ngalah di Purwasari, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (7/11).

SMK tersebut antara lain SMK Pertanian Pembangunan Negeri dan SMK Peternakan di Lembang serta SMK Pertanian di Tanjungsari, Kab. Sumedang. Ke depannya, akan dicari SMK negeri lainnya di 27 kota dan kabupaten Jabar dengan lahan milik Pemprov Jawa Barat. Menurut dia, upaya penguatan SMK ini juga dirasa penting karena amanat UU No.23/2014 tentang Pemerintah Daerah menggariskan pengelolaan SMA dan SMK oleh provinsi mulai tahun 2017.

“Selain penguatan regulasi, SMK Pesantren Wirausaha ini juga dibuat sebagai antisipasi pengangguran. Sebab, setiap tahunnya ada 600.000 lulusan SMA dan SMK di Jawa Barat,” katanya. Dengan jumlah sebanyak itu, lanjut Aher, kebanyakan kebingungan menentukan kehidupan selanjutnya karena terbatasnya kemampuan. Ditambah persaingan pekerjaan yang semakin ketat, maka beban pengangguran semakin tinggi.

“Pada hari ini, kata kuncinya adalah kemandirian. Jangankan lulusan SMA dan SMK, 80% pelamar Gojek saja lulusan S1. Ini ironis kalau jadinya seperti ini, karena itulah perlu dikuatkan fondasi sekolah kejuruan yang ada,” katanya.

Menurut Aher, pola pendidikan pesantren wirausaha akan memadukan pendidikan formal dan kejuruan di jam sekolah (pagi-sore) namun malam dan dinihari akan diberikan pelajaran diniah khas pesantren. “Kita perlu rekayasa keahlian, bagaimana caranya pesantren juga melahirkan keahlian kehidupan. Jadi lulusannya banyak keahlian, apakah kembali ke masyarakat menjadi guru ngaji, montir, dan banyak profesi lainnya,” ungkapnya.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Tinggi Dinas Pendidikan Provinsi Jabar Dodi Nuryadin menambahkan, pihaknya sudah merintis program tersebut dengan membuat program pesantren di sejumlah SMK tadi.

“Tahun depan akan kami anggarkan Rp30 miliar yang akan ditujukan kepada 600 siswa di tiga SMK selama satu tahun. Mereka akan sekolah dan memperoleh pendidikan pesantren, termasuk biaya makan dan pendidikan diniyah, secara gratis mulai tahun depan,” katanya.

Dinas Pendidikan Jabar juga sedang mencari 12 lokasi di Jawa Barat yang juga akan dialokasikan untuk pesantren wirausaha tersebut, baik SMA/SMK, terutama bagi kota/kabupaten yang kecamatannya belum punya sekolah sejenis.

“Pekan lalu kami sudah survey beserta apraisal sekaligus. 12 titik yang kami cari kemarin antara lain di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Majalengka, Subang, Pangandaran, dan Depok,” katanya.

Santri Kalong

Aher menambahkan, pihaknya sangat ingin pesantren tersebut terealisasi secara masif sebelum periodenya berakhir. Sebab, secara personal, Aher adalah lulusan pesantren. “Dulu saya santri ngalong di Darul Falah di Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Dari SMP sampai SMA, jadi paginya sekolah, lalu sore sampai malam mesantren ngalong alias pulang pergi” ungkapnya. Sebagai regulator, Aher menekankan, sudah seharusnya pihaknya menyiapkan aturan yang utuh, bermanfaat, dan mendorong keseimbangan dunia dan akhirat. (dov/rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*