BANDUNG – Terkait bentrokan antara Front Pembela Islam (FPI) dengan massa Sunda di Purwakarta, kemarin, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, menilai, ada keanehan dalam kinerja kepolisian Purwakarta dan Polda Jawa Barat.
“Kami sangat menyayangkan peristiwa itu terjadi,” ujar Wakil Ketua PWNU Jawa Barat Kiagus Zaenal Mubarok, kepada wartawan, Minggu (20/12/2015).
Menurut dia, kejadian itu bukan insiden dadakan, melainkan sudah ada latarbelakang sebelumnya. “Seakan-akan polisi ini tidak tahu mana yang harus diutamakan, kepentingan umum atau kepentingan kelompok. Pihak polisi sepertinya tidak punya kepekaan,” ujar Kiagus.
Menurut pria yang akrab disapa Pak Deden ini, peristiwa kericuhan di Purwakarta membuktikan, jika aparat kepolisian belum melihat kepentingan bersama. Bahkan bisa dibilang polisi lebih senang merepotkan diri melerai pertikaian, ketimbang mencegahnya.
“Ada keanehan dalam kinerja kepolisian Purwakarta dan Polda Jawa Barat,” kata Kiagus.
Sebab itu, kata Kiagus, wajar saja banyak yang mencurigai polisi bermain dengan kelompok FPI. Logika FPI punya hak melaksanakan acara itu, namun jangan lantas menutup mata soal latar belakangnya. FPI sendiri juga tidak melihat kondisi yang ada, di mana mereka masih punya masalah dengan ucapan ‘Campur Racun,.
“Jadi ini seakan-akan menantang warga Purwakarta. Apa salahnya Polisi melarang dengan tegas terhadap kelompok yang sulit diajak kompromi,” katanya. (mdc/bay)