MASYARAKAT Sunda yang sudah sukses di perantauan didorong terus mengembangkan ikhtiarnya daripada kembali ke Jawa Barat. Sebisa mungkin makin memberi manfaat kepada lingkungan di tempat pengembaraan, agar makin mengharumkan Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, mengacu data Forum Masyarakat Sunda Ngumbara (Formas), ada 7,9 juta masyarakat Sunda yang merantau di seluruh Indonesia. Sebagian dari mereka sudah hidup mapan dan memberi manfaat luas di tanah pengembaraan.
“Saya dorong agar makin sukses, agar makin perluas menjadi pembuka lapangan kerja, syukur-syukur jadi investor yang bermanfaat ke sekitarnya. Tunjukkan orang Sunda mampu,” katanya di Bali, Minggu (13/3/16) siang. Bahkan, sambung dia, jika sudah mapan dan sukses, jangan kembali lagi untuk menetap di Jawa Barat. Sebab, belum tentu situasinya akan lebih baik, apalagi penduduk domisili Jawa Barat juga terus bertambah.
“Jangan pulang, sudah sempit di Jawa. Teruslah berkembang meski di tanah orang, bawa dan ciptakan perubahan di sana agar Jawa Barat pun makin berjaya,” ungkapnya. Formas sendiri antara lain sudah berada di Bali, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, bahkan hingga Papua. Organisasi ini diketui Jaka Bandung, warga Sunda yang menjadi pengusaha di Bali.
Aher mengatakan, kebijakan penyebaran warga adalah kebijakan politik yang lumrah dilakukan. Terutama oleh negara-negara dengan jumlah penduduk banyak seperti Tiongkok dan India. Jawa Barat sendiri masih menyandang provinsi terbanyak penduduk di Indonesia dengan jumlah tahun ini diperkirakan 47,7 juta jiwa. “Sekali lagi, yang penting jangan merugikan sebagai pendatang. Harus bisa bersosialisasi dengan warga pribumi. Alhamdulillah, sejauh ini orang Sunda tidak pernah ada benturan ketika bekerja di luar,” katanya.
Heriyadi, Bendahara Umum Formas mengatakan, banyak warga Sunda yang semula hanya untuk ikut transmigrasi namun kemudian mendulang sukses di tanah rantau. Bahkan, kata dia, kemapanan dan kenyamanan hidup malah diperoleh di tanah seberang. Hingga kemudian beranak pinak dan aneka pencapaian lainnya, mereka sudah merasa sebagai warga pribumi.
“Orangtua sayapun merantau ke Bangka hingga akhirnya saya lahir, besar, dan sekarang berusaha di sana. Kalau kembali ke Jawa Barat, belum tentu situasinya semapan sekarang,” katanya. Dia mencontohkan tempat tinggalnya di Bangka kini yang luasnya hampir satu hektar dengan usaha relatif sudah lancar. Jadi, tidak mungkin akan meninggalkan yang sudah pasti untuk sesuatu yang tidak pasti. “Apalagi orang Sunda itu relatif diterima dimana-mana, jarang kita dengar etnis Sunda ribut sama etnis tertentu. Rata-rata mudah menyesuaikan diri dan harmonis. Di Bangka, nelayan yang berhasil menyatukan Sunda, Bugis, dan Buton itu adalah orang Tasikmalaya,” pungkasnya. (jay/adv)