Home » Cirebon » Famcira: Nikah Di Rumdin, Sunjaya Hilangkan Sakralitas Pendopo

Famcira: Nikah Di Rumdin, Sunjaya Hilangkan Sakralitas Pendopo

CIREBON – Forum Aktivis Cirebon Raya (Famcira) menilai Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra ini bukan terletak pada demorilasasi namun lebih tepatnya Bupati Cirebon ini bukan politisi sejati. Kenapa bisa dikatakan bukan politisi sejati, karena lepas benar atau tidaknya kasus yang sekarang didera Bupati itu konon dugaannya melakukan hal yang sangat tidak sewajarnya dilakukan yakni menikah siri di rumah dinas Pendopo.

“Saya kira yang harus menjadi titik permasalahan adalah ini betul-betul menandakan bahwa Sunjaya itu bukan seorang politisi. Mengapa, karena dia (Sunjaya, red) tidak menyadari dia itu sekarang tinggal dimana hari ini. Di rumah dinas Bupati kan! Nah rumah dinas Bupati itu kalau mau tau adalah dimana letak sentrum dari seluruh pergerakan dan dinamika politik yang ada Kabupaten Cirebon dan bisa dibilang in outnya lah, maka seharusnya Pendopo itu dijaga sakralitasnya,” kata koordinator Famcira Ivan Maulana kepada jabarpublisher.com melalui sambungan telpon selulernya, Senin (5/4/2017).

Dikatakan Ivan, mengapa rumah dinas Bupati itu harus dijaga sakralitasnya, karena menurut Ivan disitulah letak wibawa seseorang pemimpin sekaligus wibawa pemerintahan Kabupaten Cirebon agar bisa berjalan. “Maka saya katakan sudah seharusnya dan sepantasnya Pendopo itu dijaga sakralitasnya karena disitulah sebetulnya wibawa dari seorang bupati dimana Pendopo ini masih di pertahankan sakralitasnya agar disitulah juga wibawa pemerintahan kabupaten cirebon bisa berlangsung,” terangnya.

Masih dikatakan Ivan, jika yang dituduhkan keluarga Elly memang betul Bupati Cirebon melakukan kegiatan pernikahan siri dipendopo. “Pertanyaan pertama saya adalah kemana sang istri pada saat itu. Kenapa hal ini sampai orang terdekat Bupati sekalipun tidak mengetahui pernikahan siri Bupati dengan Elly. Karena dimana Bupati itu yang notabene selaku Kepala daerah Kabupaten Cirebon kalau didalam rumah dinas itu selain jadi bupati juga seorang kepala keluarga untuk keluarganya, nah jadi seharusnya setiap ada pergerakan apapun di lingkungan pendopo, siapapun tamu yang masuk dan keluar setidaknya istrinya pun harusnya mengetahui dan kalau istrinya tidak tahu ada apa?” bebenya.

Sedangkan, lanjut Ivan, korelasinya kepada tadi sakralitas Pendopo yang menjadi titik sentrum daripada pergerakan politik yang berlangsung di Kabupaten Cirebon baik politik birokrasi maupun politik anggrannya semua sentrumnya dari situ. “Kalau andaikata Bupati itu tidak bisa menjaga sakralitas itu yang paling utama sakralitas itu adalah dia bisa menempatkan tanda kutip seakan-akan hubungan rumah tangga mereka yang sebetulnya ada permasalahan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan mereka harus bisa bersandiwara seakan-akan itu tidak terjadi,” katanya.

Kalau dibandingkan dengan Almarhum Bupati Dedi Supardi menikahi Melinda, dia (Dedi, red) tidak melakukan hal tersebut dirumah dinas yang dia tempati. “Dan seharusnya Sunjaya itu sadar persoalan akan menikah dengan siapapun selagi itu tidak melanggar norma agama itu hak sebagai laki-laki tetapi manakala Sunjaya melakukan itu didalam bentengnya sendiri inikan sudah bisa menunjukan kepada publik bahwa orang yang harusnya paling dekat untuk menjaga dan melindungi dia (istri sah Bupati, Wahyu Tjiptaningsih, red) inipun sudah tidak lagi mau menjaga dan melindungi. Pada saat Almarhum Dedi sudah melakukan pernikahan diluar tetapi suasana sakral didalam Pendopo itu masih kuat energinya karena tidak melakukan itu dilingkungan dimana istrinya berada,” tukasnya. (gfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*