SUMEDANG – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meninjau lokasi Rawayan atau jembatan gantung penghubung antara desa, yakni desa Karangbungur, Kecamatan Buahdua, dan Desa Ranggasari Kecamatan Surian, di Kabupaten Sumedang.
Adapun pembangunan jembatan ini merupakan sumbangsih tim Vertikal Rescue Indonesia dalam programnya yakni 1.000 Jembatan di Indonesia. Sementara jembatan yang dibangun kali ini memiliki panjang dari bibir sungai ke bibir sungai lainnya sepanjang 60 meter. Rawayan ini merupakan rawayan ke -20 yang dibangun di Jawa Barat pada tahun ini.
“Alhamdulillah teman-teman Vertikal Rescue Indonesia membangun rawayan yang ke-20. Sengaja saya melihat kalau biasanya saya melihat setelah beres yah, sekarang justru di awal kita melihat, untuk melihat pemasangan landasan untuk mengikat tali sling jembatannya,” kata Gubernur Aher di Kabupaten Sumedang, Selasa (04/04/2017).
Keberadaan rawayan ini pun menjadi penting sebagai akses penghubung kegiatan masyarakat kedua desa yang terpisahkan oleh sungai Cikandung. Aktivitas masyarakat terbantu meskipun demi keselamatan, penyebrangan dibatasi untuk tiga orang saja.
Aher pun ingin kedepan karya anak bangsa dalam menebar manfaat bagi masyarakat banyak ini dapat menjadi standarisasi baru. Dirinya menganggap temuan Jembatan karya vertikal Rescue adalah unik, praktis dalam pembuatannya, serta cocok untuk wilayah pelosok.
Pembuatan jembatan rawayan ini merupakan teknik yang biasa dipakai pemanjat tebing, kini teknik praktis tersebut diaplikasikan dalam pembuatan jembatan.
“Saya melihat kedepan harus ada langkah standarisasi. Maksudnya adalah gini, bukan menggunakan standar yang ada di PU, di Bina Marga, tapi ini sebagai temuan teman-teman Vertikal Rescue Indonesia distandarisasi menjadi temuan baru,” ujarnya.
Komandan Vertikal Rescue Indonesia Tedi Ixdiana menjelaskan bahwa material yang pokok yang dibutuhkan dalam pembangunan rawayan diantaranya Sling baja, beberapa baut dan besi, ditambah pijakan bambu yang dianyam digarap bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
“Kenapa kita pakai bambu, supaya memberdayakan masyarakat juga, kalau dalam perawatannya jembatan ini butuh pergantian masyarakat bisa menggantinya sendiri. Tapi kalau pakai besi atau bahan yang susah kan kalau terjadi kerusakan masyarakat akan lebih repot,” Ujarnya.
Sementara untuk pondasi tidak menggunakan beton, atau cor, tapi menggunakan batu yang ada di sekitar, dan ditanam sekitar 1,5 sampai 2 meter, untuk satu titik pondasinya. Menurutnya satu jembatan bisa terdiri dari 10-12 pancang batu yang ditanam.
“Ada batu besar saja, kita cari batu disekitar,” katanya.
Selanjutnya Tedi menuturkan saat ini dirinya memiliki data bahwa ada 200 lokasi yang tersebar di Jawa Barat, yang perlu untuk segera dibangun rawayan.
“Kita anggarannya ‘rereongan’ silahkan kalau ada yang mau bantu menyumbang. Ini belum pakai APBD, APBN. Jadi dari data yang kami punya, hasil survey kami ada sekitar 200 titik yang istilahnya, darurat harus dibuatkan jembatan rawayan. Pun juga ada data lain yang menyebutkan bahwa Jawa Barat membutuhkan 500 hingga 600 rawayan,” katanya.
Samhari, warga desa Karangbungur Kecamatan Buahdua, mengaku dirinya menyambut baik hadirnya jembatan rawayan ini. Jembatan ini menjadi penghubung untuk mempermudah akses antar desa antar kecamatan.
Dari penuturannya, sebelum ada rawayan bila ingin pergi ke “desa sebelah”, Ranggasari Kecamatan Surian harus melalui jalan yang jauh. Setelah dibangun rawayan Ia harapkan akses lebih cepat. Selain jadi penghubung akses manusia dan barang, tentunya diharapkan rawayan ini mampu menjadi jembatan ekonomi antar desa.
“Senang dengan adanya pembangunan jembatan ini. Hubungan antar desa bisa terjalin lebih baik lagi, saya harapkan juga ekonomi di kedua desa maju karena kemudahan akses ini,” tuturnya. (hms/rls)