Home » Cirebon » Banjir Di Japura Bakti Setinggi Dada Orang Dewasa, Tanggungjawab Pemkab Cirebon Atau Jasamarga?

Banjir Di Japura Bakti Setinggi Dada Orang Dewasa, Tanggungjawab Pemkab Cirebon Atau Jasamarga?

CIREBON – Curah hujan yang tinggi di Kabupaten Cirebon akhir-akhir ini mengakibatkan sejumlah titik dilanda banjir. Salah satu lokasi banjir terparah yakni di Desa Japura Bakti, Kecamatan Pangenan Kab Cirebon. Banjir di dekat jalur pantura Cirebon – Tegal dan Tol Kanci – Pejagan ini bahkan mencapai setinggi dada orang dewasa. Lalu fenomena ini menjadi tanggung jawab siapa, Pemkab Cirebon atau pihak Jasa Marga?

BANJIR JAPURA – Salah satu rumah warga yang tergenang banjir cukup parah.

Muhammad Achrom, Kepala Dusun 3 Desa Japura Bakti mengatakan, meski ketinggian air sudah di atas 1 meter, namun warga enggan untuk mengungsi dan memilih tetap bertahan di dalam rumah merka hingga banjir surut. “Belum ada yang dievakuasi. Cuma petugas desa terus mengimbau warga agar selalu waspada adanya banjir susulan dengan intnsitas air yang lebih meningkat, karena cuaca masih berpotnsi akan turun hujan,” ungkapnya, Senin (12/2/2018).

Sebagai perangkat desa, Ia mmiliki beberapa analisa mengapa banjir yang melanda desanya semakin hari semakin parah. “Kemungkinan besar dari pembangunan tol, sedimentasi (pendangkalan sungai), bisa juga dari prilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke sungai dan saluran air,” ungkapnya.

Feri Priyatna, warga setempat juga berharap ada upaya konkrit dari Pemkab Cirebon juga Jasa Marga untuk mencari solusi dari masalah banjir ini. “Kita ingin ada semacam rembukan, diskusi untuk mencari solusi, bukan saling menyalahkan. Minimal pihak-pihak terkait turun langsung menyerap aspirasi warga, karena banjir di Japura ini, makin ke sini makin meningkat. Tidak seperti dulu yang intnsitasnya masih wajar,” ujarnya.

Dari pantauan di lokasi, Kantor Kuwu Japura Bakti tergenang cukup parah, kemarin malam juga tadi malam. Diprediksi, aktifitas pelayanan di kantor desa pun untuk sementara lumpuh. Namun Kuwu Japura Bakti, Taufik Hidayat tetap melakukan pemantauan banjir di desanya. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak Pemerintah, baik Bupati Cirebon atau jajarannya yang turun langsung untuk melakukan langkah-langkah stratgis. Padahal, melihat kondisi yang ada di lapangan, evakuasi juga pendirian dapur umum jelas sangat dibutuhkan.

Begini Kata Pemkab Cirebon Dan Jasamarga

Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Cirebon, melalui Kepala Seksi Rehabilitasi peningkatan Irigasi, DPUPR, Khariri menyebutkan bahwa ketika banjir terjadi disekitar jalur tol, semua itu menjadi tanggungjawab pihak pengelola tol. Menurutnya, dalam sistem irigasi di Kabupaten Cirebon sudah diterapkan pengendalian di bendungan utama. Hal itu sebagai upaya untuk mengantisipasi kelebihan air yang megalir ke irigasi sekunder maupun tersier.

Namun mengenai kondisi saluran kecil yang berada di Desa Japura Bakti, diklaimnya semua itu berada diluar jaringan sistem irigasi pemerintah daerah. Lokasinya yang bersebelahan dengan Jalan Tol Kanci Pejagan, seharusnya menjadi tanggung jawab pihak tol. “Lokasinya kan berada di sebelah jalan tol, mestinya menjadi tanggungjawab pihak tol, bukan di pihak kita selaku dinas,” paparnya ke Rakyat Cirebon, belum lama ini.

Sementara Humas PT Semesta Marga Raya (SMR) selaku operator jalan tol Kanci- Pejagan, Sutono menyebutkan, pasca banjir, pihaknya langsung membenahi saluran dimaksud. Hanya saja, ketika hal itu tidak dilanjutkan, maka air selamanya akan tergenang, mengingat sudah banyak bangunan yang menghalangi laju air. “Kami sudah membenahi saluran yang ada di terowongan tol yang ada di Desa Jepura bakti. Semua itu tidak cukup hanya dari kita saja. Perlu ada tindakan dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah,” terang dia.

Jadi kata dia, sangat tidak pas, ketika banjir yang terjadi, lalu kemudian menyalahkan sepenuhnya kepada pihak tol, karena saluran air diterowongan tidak lancar. “Sebenarnya, pasca kejadian pun kita langsung meninjau dan langsung membenahi. Hanya saja, ketika tidak dilanjutkan, pada akhirnya akan tersendat juga,” terangnya. Pertanyaannya, siapa yang lebih berani bertanggungjawab, bukan berani lempar tanggungjawab. (jay)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*