CIREBON – Aliasnsi Cirebon Menggugat (ACM) menyatakan dugaan kuat Sunjaya Purwadisastra dalam perhelatan Pilkada kemarin telah melakukan kecurangan dan pelanggaran yang dilakukannya secara terstruktur sistematis hingga masif.
Hal tersebut diungkapkan pembina Aliansi Cirebon Menggugat Ronald Hidayat Marikar kepada awak media dalam jumpa persnya disalah satu rumah makan di wilayah Dukupuntang, Kamis (2/8/2018).
Dikatakan Ronald, diantaranya kerucangan yang dilakukan oleh Sunjaya adalah politik uang dalam kampanye atau mengiiming-imingi dengan uang. “Kami melihat dan memiliki bukti bahwa Sunjaya itu melakukan politik uang dihampir semua wilayah, dan saya mendengar langsung dari beberapa kuwu yang menyatakan ada ancaman, iming-iming dan tekanan, dan akan dilaporkan ke Inspektorat,” kata Ronald.
Lebih lanjut disampaikan Ronald, dalam politik uang yang dilakukan Sunjaya telah menelan korban luka yakni warga tangannya terlindas mobil iring-iringan Sunjaya. “Ibu itu namanya Tasmi (35) terlindas tanggnya dan dibawa ke RS Pertamina pada tanggal 5 mei 2018. Dan kejadian di Desa Bungko Kidul kecamatan Kapetakan,” jelas Ronald
Ditambahkannya, politik uang itu dilakukan oleh Kuwu Panguragan Lor dan Sunjaya saat hajatan di hari tenang, juga membagikan uang. “Yang kami sebutkan itu semua ada buktinya berupa vidio dan lainnya. Dan kami bisa buktikan itu semua. Termasuk yang sudah kita laporkan, namum kasusnya berhenti di tengah jalan,” ungkapnya.
Masih dikatakan Ronald, pihaknya juga mempunyai bukti bahwa salah satu PNS di RSUD Arjawinangun telah membagikan kaos Jadi Jaya kepada tenaga honorer dengan jumlah kaos sekitar 500 buah. “Bukti lainnya adalah adanya perjalanan kuwu ke bali yang difasilitasi petahana, dan juga ada beberapa pejabat yang diimingi untuk pergi haji,” katanya.
Selanjutnya, adanya pembakaran surat suara dengan tidak mengundang dan dihadiri para pasangan calon. “Ya kecurangan-kecurangan banyak sekali, mulai dari adanya kabar surat suara di coblos terlebih dahulu, juga banyaknya kotak suara yang dibuka bukan sama kunci melainkan memakai palu dan gunting besi. Padahal harusnya dibuka sama kunci, bahkan ada kotak suara yang bolong dan hanya ditempel stiker KPU,” ujarnya.
Diakhir, menurutnya ini kecurangan dan kejanggalannya jelas sekali dan ini sudah keterlaluan. “Seharusnya penyelenggara ini harus jeli dan teliti dengan kondisi ini, namun menurut saya harus dilakukan penyelidikan secara khusus, dan dprd harusnya melakukan pembentukan panitia khusus,” pungkasnya. (gfr)