Home » Bandung » Santri Masa Kini, Berpikir Global Bertindak Lokal

Santri Masa Kini, Berpikir Global Bertindak Lokal

BANDUNG – Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan menuturkan anak-anak saat ini lahir dengan kondisi digital native alias melek dunia digital dari lahir. Ini berkorelasi dengan data yang dibuktikan menurut penelitian, jumlah gawai/alat komunikasi yang ada di Indonesia mencapai 281.4 juta melampaui jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 jutaan.

Ternyata, ungkap Netty, menurut penelitian oleh Kompas ada 10 peristiwa yang membuat orang-orang modern merasa terpukul. Salah satunya, kehilangan alat komunikasi yang membuat orang frustasi dan galau.

“Jadi sekarang kalau ketinggalan dompet rasanya tidak bermasalah, karena bisa pinjam kanan kiri. Tapi kalau ketinggalan gawai kita kayak kebakaran jenggot, seolah dunia kiamat,” seloroh Netty dihadapan para santri saat membuka Pesantren Kilat dan Karantina Tahfidz Qur’an serta meresmikan Asrama Puteri Pesantren Siswa Al Masoem, di Kampus Al Masoem Jl. Raya Cileunyi Cipacing No. 22 Jatinangor, Selasa (5/6/17).

Oleh karena itu Netty mengajak para santri, jajaran Pengurus Yayasan dan Direksi Al Ma’soem dapat hadirkan sebuah kesadaran bersama. Karena pada era globalisasi ini anak-anak bukan saja diasuh oleh orangtua atau anggota keluarga lainnya melainkan kemajuan teknologi berupa kotak ajaib yang ada digenggaman.

Saat kunjungan, Netty memberikan apresiasi dan rasa bangganya ternyata yang dipegang oleh para santri Al Ma’soem adalah Al–Quran bukan gawai. Ini menerbitkan sebuah harapan akan generasi muda yang Qurani. Mengapa? Karena sementara orang mengatakan bahwa pemuda ada di ujung jalan seperti telur di ujung tanduk. Ditandai ada 6 juta warga Indonesia menurut BNN menjadi pengguna narkoba, 30% berusia remaja.

“Bahwa negara kita ini negara besar. Dari aspek geografi negara kita ini dilalui oleh garis equator, sepanjang tahun kita melihat matahari. Dan itulah yang membuat semua jenis tanaman hidup, flora dan fauna di Indonesia. Jadi artinya Indonesia ini tidak boleh kekurangan gizi,” jelasnya.

Artinya kualitas sumber daya manusia dan rasa cinta pada negara sendiri menjadi komponen dalam sebuah kesuksesan sebuah bangsa. Maka Netty berharap pada Pesantren Kilat ini para siswa dapat mengkaji setiap nilai-nilai dan  ketinggian Islam, maka bisa disebut anak-anak yang berhati Mekah dan berotak Jerman. Mari kita tanamkan semangat bela negara dan cinta tanah air dimulai dari kita sendiri serta miliki cita-cita yang besar. Terakhir sempurnakan setiap usaha yang kita lakukan dengan berdoa pada Allah SWT.

Selain itu, Ketua Yayasan Al Ma’soem Ceppy Nsahi Ma’soem menuturkan Pesantren Kilat pada Ramadhan kali ini diikuti oleh SMP dan SMA Al Masoem sebanyak 1.100 santri. Diharapkan para santri dapat mengikuti Pesantren Kilat ini dengan fokus dan semangat, karena orang yang berilmu itu lebih tinggi derajatnya. Selain itu juga diharapkan Netty dapat meresmikan Asrama Putri, karena sebelumnya masih dalam satu kawasan dengan putra. (hms/rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*