CIREBON – Sukses besar! Itulah gambaran dari gelaran Panggung Keberagaman 2025 persembahan Yayasan Fahmina, yang dipusatkan di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Sabtu (19/7/2025).

Acara ini bukan sekadar pertunjukan seni dan budaya, melainkan benar-benar menjadi panggung yang menghadirkan keberagaman dalam satu rasa: Indonesia. Berbagai unsur agama, suku, dan bahasa menyatu dalam harmoni yang menyegarkan.
25 Tahun Fahmina: Dari Tradisi untuk Kemanusiaan
Ketua Yayasan Fahmina, Marzuki Rais, dalam sambutannya menyampaikan bahwa di usia ke-25 tahun, Fahmina tetap teguh menjalankan visi: dari tradisi untuk kemanusiaan dan keadilan.
“Fahmina berdiri sejak November 2000. Di usia seperempat abad ini, kami terus menguatkan hak-hak sebagai warga negara, menegaskan bahwa manusia setara di hadapan Tuhan,” ungkap Marzuki.
Ia menegaskan bahwa keberagaman adalah fitrah, dan melalui seni budaya, perbedaan dapat dirayakan secara netral dan inklusif.
“Seni tidak memiliki agama, karenanya seni adalah media paling netral untuk merayakan keberagaman,” tambahnya.
Harmoni dalam Perbedaan
Marzuki mengibaratkan perbedaan layaknya paduan suara. Setiap suara berbeda, namun saat berpadu menciptakan harmoni yang indah. Begitu pula dalam kehidupan sosial, harmoni bisa terbentuk jika masing-masing menghargai perbedaan.
“Manusia diciptakan dari beragam suku dan golongan agar saling mengenal, bukan untuk saling merendahkan,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya menghapus prasangka yang sering menjadi sumber konflik.
“Fahmina secara rutin menyelenggarakan panggung keberagaman untuk mempromosikan toleransi lintas identitas. Banyak permusuhan berawal dari prasangka—padahal niatnya sosial, tapi seringkali dicurigai sebagai misionaris. Disitulah perlunya saling mengenal, karena dengan saling kenal akan menghilangkan prasangka dan curiga,” katanya.
Seni Budaya sebagai Perekat Bangsa
Menurut Marzuki, seni budaya berperan penting dalam menyatukan perbedaan. Melalui karya seni, nilai dan identitas budaya setiap kelompok bisa dikenali, dihargai, dan dirayakan bersama.
“Panggung Keberagaman 2025 yang menampilkan budaya lokal Cirebon diharapkan menjadi media pemersatu masyarakat Kabupaten Cirebon dalam keberagaman,” jelasnya.
Apresiasi dari Pemdes Karangwangun
Sementara itu, Kuwu Desa Karangwangun, Taufik Islami, menyampaikan rasa bangganya karena desanya menjadi tuan rumah kegiatan langka yang menyatukan berbagai elemen masyarakat lintas suku, agama, dan budaya.
“Kami merasa sangat terhormat. Ini momentum luar biasa bagi masyarakat kami,” ungkap Mas Amy, begitu Ia akrab disapa. Kuwu Karangwangun juga berharap kegiatan serupa bisa digelar rutin dari desa ke desa. Sebab menurutnya, setiap desa memiliki kekhasan budaya dan keberagaman tersendiri.
“Beda desa, beda budaya, beda bahasa, beda agama. Namun tetap memiliki satu rasa yaitu Indonesia. Semoga Fahmina terus memperhatikan hal ini dan membawa panggung keberagaman lebih luas lagi,” tandaanya.
Dari pantauan JP di lokasi, suguhan acara Panggung Keberagaman ini benar-benar variatif. Ada workshop budaya dan seni, aneka tari-tarian, paduan suara kidung harmoni, sambutan-sambutan yang mencerahkan, sosialisasi kampus ISIF (Institut Studi Islam Fahmina) dan ramah tamah. Acara yang digelar sejak pagi hari hingga sore hari itu berlangsung lancar dan sukses. (jay)
GALERI FOTO PANGGUNG KEBERAGAMAN 2025 DI DESA KARANGWANGUN
